Didalam pembentukan karakter siswa
menurut Lickona, bahwa karater berkaitan dengan sikap moral, perilaku
moral, dan konsep moral. Ketiga komponen tersebut dapat dikatakan
karakter yang baik yang dengan didukung oleh melakukan perbuatan
kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan tentunya pengetahuan tentang
kebaikan. Dibawah ini merupakan beberapa pendapat yang berkaitan dengan
ketiga kerangka tersebut.
Karakter Pendidikan Menurut Kamus
Psikologi, karakter adalah kepribadian yang dilihat dari titik tolak
etis atau pun moral, misalnya yang berkaitan dengan sifat-sifat yang
relatif tetap, dan kejujuran seseorang.
Karakter Pendidikan Menurut Kertajaya, Karakter adalah ciri khas yang dipunyai oleh suatu individu atau benda. Ciri khas tersebut merupakan asli dan mengakar pada kepribadian individu atau benda tersebut, serta merupakan “mesin” pendorong untuk seorang bagaimana merespon sesuatu, berucap, bersikap, dan bertindak.
Karakter Pendidikan Menurut Kertajaya, Karakter adalah ciri khas yang dipunyai oleh suatu individu atau benda. Ciri khas tersebut merupakan asli dan mengakar pada kepribadian individu atau benda tersebut, serta merupakan “mesin” pendorong untuk seorang bagaimana merespon sesuatu, berucap, bersikap, dan bertindak.
Karakter Pendidikan Menurut Suyanto,
pada tahun 2009 mendefinisikan karakter sebagai cara berperilaku dan
berpikir yang menjadikan ciri khas se tiap individu untuk hidup bekerja
sama, baik didalam luang lingkup masyarakat, bangsa, negara maupun
keluarga.
Pendidikan Karakter Menurut Lickona,
menyatakan secara sederhana, pendidikan karakter bisa dijelaskan sebagai
segala usaha yang bisa dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswanya.
Tapi dalam artian untuk mengetahui mana yang tepat, yang dapat
dikemukakan disini tentang definisi karakter pendidikan yang disampaikan
oleh Thomas Lickona. Lickona mengatakan juga bahwa pengertian karakter
pendidikan ialah suatu upaya yang disengaja untuk membantu seseorang
sehingga seseorang tersebut dapat melakukan nilai-nilai etika yang inti,
memperhatikan, dan memahaminya.
Adapun Nilai-Nilai yang terdapat didalam Pendidikan Karakter, diantaranya:
Karakter Pendidikan, membutuhkan metode
khusus yang tepat agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Diantaranya
metode pembelajaran yang sudah sesuai ialah metodepujian dan hukuman,
metode pembiasaan, dan metode keteladanan.
Karakter Pendidikan, yang mutlak
dibutuhkan bukan hanya di lingkungan sekolah saja, tetapi di lingkungan
sosial dan di lingkungan rumah juga. Bahkan untuk sekarang ini
pesertanya bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tapi juga meliputi
usia dewasa. Di zaman ini kita akan berhadapan dengan persaingan
termasuk rekan-rekan di berbagai belahan negara di dunia. Bahkan kita
pun yang masih berkarya di tahun itu pasti akan merasa perasaan yang
sama. Tuntutan dari berbagai kualitas SDM pada tahun 2021 mendatang
tentunya akan membutuhkan karakter yang baik. Karakter merupakan kunci
dari salah satu keberhasilan individu. Menurut sebuah penelitian yang
ada di Amerika, 90% beberapa kasus pemecatan yang disebabkan oleh
perilaku tidak baik seperti , tidak jujur , tidak bertanggung jawab,
& hubungan interpersonal yang tidak baik pula.
Selain dari itu juga, ditemukannya
penelitian yang lain mengindikasikan bahwa 80% keberhasilan untuk
seseorang di masyarakat ditentukan oleh (EQ).
Karakter Pendidikan telah menjadi pusat
perhatian diberbagai belahan dunia dalam rangka untuk menyiapkan
generasi yang baik, tidak hanya untuk kepentingan individu warga
negaranya saja, tetapi untuk keseluruhan warga masyarakat. Pendidikan
karakter bisa diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari seluruh
dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter
secara optimal.
Pembentukan ialah bagian dari pendidikan
nilai melalui sekolah yang merupakan usaha mulia yang mendesak harus
dilakukan. Ada 18 point nilai-nilai Karakter Pendidikan: , Tanggung
jawab, Peduli sosial, Peduli lingkungan, Gemar membaca, Cinta Damai,
Bersahabat/Komunikatif, Menghargai prestasi, Cinta tanah air, Semangat
kebangsaan, Rasa ingin tahu, Demokratis, Toleransi, jujur, Disiplin,
kreatif, Kerja Keras, Religius, Mandiri.
Dari segi psikologis, terdapat
penurunan kualitas (usia psikologis) pada anak yang usianya 21 tahun di
tahun 2001, dengan anak yang berusia 21 di tahun 2013. Maksudnya usia
psikologis ialah usia kepantasan yang berbanding lurus dengan usia
biologis, usia kedewasaan, dan usia kelayakan.
Karakter ialah perilaku nilai-nilai
manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, sesama manusia, lingkungan,
dirisendiri, dan kebangsaan yang terwujud didalam adat istiadat, budaya,
tata krama, hukum, pemikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama.
Untuk indonesia, Karakter Pendidikan
sekarang ini juga berarti melakukan usaha yang sungguh-sungguh,
sitematik, & tetunya berkelanjutan untuk membangun dan menguatkan
kesadaran pada keyakinan semua orang di Indonesia bahwa masa depan yang
lebih baik akan hilang tanpa dibangunnya dan dikuatkannya karakter
rakyat Indonesia. Seperti halnya, tidak akan ada masa depan yang lebih
baik yang bisa diwujudkan tanpa kegigihan, tanpa meningkatkan disiplin
diri, tanpa kejujuran, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa
memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa mengembangkan rasa
tanggung jawab, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, dan
serta tanpa optimisme. Sanggupkah kita sebagai Bangsa Indonesia medapat
tantangan seperti ini?
Menurut Theodore Roosevelt menyebutkan:
untuk mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek
moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat.
Sekolah juga berperan untuk membentuk karakter seorang Anak
Sekolah mempunyai tanggung jawab tidak
hanya di dalam membentuk siswa yang muncul dalam teknologi dan ilmu
pengetahuan, tetapi dalam jati dirinya juga, karakter kepribadiannya.
Dalam hal ini kontekstual dan relevan tidak hanya di negara-negara yang
sedang mengalami krisis watak seperti bangsa ini, tapi juga untuk
negara-negara maju sekalipun.
Pada hakikatnya, sekolah bukan hanya
sekedar tempat “menyampaikan isi pengetahuan” belaka. Seperti yang
telah dikemukakan oleh Fraenkel, sekolah tidaklah seolah-olah tempat di
mana para guru menyampaikan pengetahuan dengan melalui berbagai mata
pelajaran. Untuk sekolah sendiri ialah suatu lembaga yang mengusahakan
upaya & proses pembelajaran yang berorientasi terhadap nilai
(orientasi nilai perusahaan). selanjutnya, Fraenkel mengkutip dari John
Childs yang mengatakan, Organisasi sebuah sistem sekolah yang ada pada
dirinya sendiri merupakan satu usaha moral, karena itu merupakan upaya
yang sengaja oleh manusia untuk mengontrol pola perkembangannya
dimasyarakat.
Pembentukan pendidikan karakter dan
watak melalui sekolah, tidak dapat dilakukan seolah-olah melalui
pengetahuan pembelajaran, tetapi melalui nilai-nilai pendidikan atau
penanaman. Secara luas, kajian-kajian yang menyangkut nilai biasanya
mencakup 2 bidang pokok, etika dan estetika “ budi pekerti, akhlak, dan
moral”. Etika mengacu kepada hal-hal tentang justifikasi terhadap
tingkah laku yang pantas berdasarkan standar-standar yang berlaku
didalam masyarakat, baik yang ada bersumber dari konvensi, agama, adat
istiadat, dan lain sebagainya. Sedangkan, Estetika mengacu kepada
hal-hal tentang dan justifikasi terhadap apa yang dipandang manusia
sebagai (keindahan), yang mereka senangi. & standar-standar itu
ialah point-point akhlak atau moral tentang tindakan mana yang benar dan
mana yang salah.
Dalam lingkungan masyarakat luas yang
mempunyai pengaruh besar terhadap berhasilnya penanaman point-point
etika dan estetika untuk membentuk karakter. Dari perspektif Muslim,
Berdasarkan Quraish Shihab (1996: 321), dengan situasi kemasyarakatan
yang sistem nilai dianutnya, mempengaruhi cara pandang dan sikap
masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai ini dan cara pandangan
mereka terbatas pada “di sini dan kini”, maka ambisi & upayanya
terbatas pada di sini dan kini pula.
Di dalam al-Qur’an juga terdapat
banyaknya ayat-ayat yang menekankan tentang kekeluargaan anggota
masyarakat menyangkut pada pengalaman sejarah yang sama, gerak langkah
yang sama, solidaritas yang sama, dan tujuan bersama. Ini adalah
sebagian dari apa yang ditulis Quraish Shihab, dari munculnya gagasan
ajaran tentang nahy munkar, amar ma`ruf, dan fardhu kifayah, untuk
tujuan bertanggung jawab bersama didalam menegakkan point-point yang
benar dan mencegah point-point yang salah.
Upaya pembentukan karakter di sekolah,
dengan melalui pendidikan karakter bersamaan dengan pendidikan point dan
dengan langkah-langkah Sbb:
Pertama,untuk menerapkan pendidikan
berdasarkan karakter. Hal ini dilakukan dengan menerapkan Pendekatan
berbasis karakter ke dalam setiap mata pelajaran, point yang ada di
samping mata pelajaran-mata pelajaran tersebut khususnya untuk karakter
pendidik, seperti pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah,
agama, Pancasila dsb. Memandang komentar terhadap mata pelajaran-mata
pelajaran terakhir ini, perlu dilakukan reorientasi baik dari segi
muatan dan pendekatan maupun isi, sehingga mereka tidak hanya menjadi
ekedar hapalan dan verbalisme, tapi benar-benar berhasil dalam membantu
pembentukan kembali jati diri dan karakter bangsa.
Kedua, dalam hal menjelaskan atau pun
dalam hal mengklarifikasikan terhadap siswa secara terus menerus tentang
berbagai point yang benar dan yang salah. Upaya ini bisa dibarengi
dengan cara-cara memberi penghargaan dan menumbuh suburkan point-point
yang benar dan sebaliknya mengecam & mencegah berlakunya point-point
yang salah, menegaskan point-point yang benar dan yang salah secara
terbuka dan terus memberikan kesempatan-kesempatan kepada peserta didik
untuk memilih berbagai tindakan berdasarkan nilai dan alternatif sikap,
untuk melakukan pilihan secara bebas sesudah menimbang dalam-dalam
dengan berbagai konsekuensi dari setiap tindakan, dan pilihan,
membiasakan bertindak dan bersilap atas berprasangka baik (husn
al-zhan), niat dan tujuan-tujuan yang ideal, membiasakan bertindak dan
bersikap dengan pola-pola yang benar yang diulangi secara konsisten dan
terus menerus.
Ketiga, dengan menerapkan pendekatan
“pemodelan” atau “keteladanan” atau “uswah hasanah”. Yaitu membiasakan
dan mensosialisasikan lingkungan sekolah untuk menghidupkan &
menegakkan nilai-nilai akhlak & moral yang baik melalui model atau
teladan. Setiap tenaga kependidikan lain dan guru di lingkungan sekolah
hendaklah bisa menjadi “uswah hasanah” yang hidupnya teladan bagi setiap
anak didiknya. Mereka pun juga harus siap dan terbuka untuk
mendiskusikan bersama siswa tentang berbagai point-point yang sudah baik
tersebut.
Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak
Menurut Indah Phillips di dalam The
Great Learning (2000:11): “Jika ada kebenaran dalam hati, akan ada
keindahan dalam karakter, jika ada keindahan dalam karakter, akan ada
keharmonisan dalam rumah, jika ada harmoni di rumah , akan ada
ketertiban di negara ini, jika ada order di negara ini, akan ada
perdamaian di dunia “.
Menemukan berbagai kenyataan yang pahit
seperti diatas dengan mempertimbangkan, karakter pemdidikan merupakan
salah satu langkah strategis terpenting dalam membangun kembali jati
diri terhadap bangsa & menggalang pembentukan di masyarakat
Indonesia yang baru. Karakter pendidikan haruslah melibatkan berbagai
pihak, di keluarga dan rumah tangga, lingkungan sekolah yang lebih luas
(masyarakat) dan disekolah. Hal ini merupakan, langkah utama yang harus
dilakukan ialah menyambung kembali hubungan dan jaringan pendidikan
yang nyaris putus di antara ketiga lingkungan pendidikan tersebut.
Pembentukan sifat dan karakter pendidikan tidak akan pernah berhasil
selama di antara ketiga lingkungan pendidikan tidak ada keharmonisasian
dan kesinambungan.
Tentunya keluarga dan rumah tangga hal
yang paling utama sebagai lingkungan pembentukan Sifat dan karakter
pendidikan utama dan pertama harusnya diberdayakan kembali. Sebagaimana
yang telah disarankan Phillips, keluarga hendaklah menjadi pelopor
kembali “sekolah kasih sayang”, sekolah bagi kasih sayang menurut
Phillips 2000. Di dalam perspektif muslim, keluarga sebagai “sekolah
kasih sayang” bisa dikatakan sebagai “, tempat belajar yang penuh cinta
sejati dan kasih sayang, madrasah mawaddah wa rahmah.
Muslim memberikan juga perhatian sangat
besar bagi pembinaan keluarga (usrah). Keluarga merupakan basis dari
ummah (bangsa), & karena itu keadaan keluarga sangatlah menentukan
keadaan ummah tersendiri. Bangsa terbaik menurut (khayr ummah) yang
merupakan ummah wasath (bangsa yang moderat), dan ummah wahidah (bangsa
yang satu) sebagaimana dicita-citakan Muslim hanya dapat dibentuk
melalui sikap keluarga yang dibangun dan yang dikembangkan menurut dasar
mawaddah wa rahmah.
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan
Anas r.a juga, ada empat ciri keluarga yang baik. Pertama, keluarga di
mana setiap anggotanya saling menghormati dan menyayangi, saling asah
dan asuh. Kedua, keluarga yang memiliki semangat (ghirah) dan kecintaan
untuk mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran agama dengan
sebaik-baiknya untuk kemudian mengamalkan dan mengaktualisasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, keluarga yang sadar akan
kelemahan dan kekurangannya, dan karena itu selalu berusaha meningkatkan
ilmu dan pengetahuan setiap anggota keluarganya melalui proses belajar
dan pendidikan seumur hidup (life long learning), min al-mahdi ila
al-lahdi. Dan keempat, keluarga yang dari segi nafkah (konsumsi) tidak
berlebih-lebihan; tidak ngoyo atau tidak serakah dalam usaha mendapatkan
nafkah; sederhana atau tidak konsumtif dalam pembelanjaan.
Dari ciri-ciri seperti di atas dengan
keluarga yang mawaddah wa rahmah, pastinya anak-anak sudah mempunyai
bekal dan potensi yang cukup untuk mengikuti proses pembelajaran yang
ada di sekolahnya.
Dan pada akhirnya, untuk Penguatan
pendidikan moral ataupun pendidikan karakter yang ada dalam konteks
sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sudah melanda
di negara kita. Krisis tersebut berupa banyaknya pergaulan bebas,
maraknya angka kekerasan terhadap anak-anak dan remaja, pencurian
remaja, kejahatan terhadap teman, kebiasaan menyontek, pornografi,
penyalahgunaan obat-obatan, dan perusakan milik orang lain yang telah
menjadi masalah sosial sehingga pada saat ini belum bisa diatasi secara
tuntas, oleh karena itu betapa sangat pentingnya karakter pada
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar