Jumat, 13 Juni 2014

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI


Ditulis oleh: -
Penyebutan karakteristik masyarakat madani dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana masyarakat madani diperlukan prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan masyarakat madani. Prasyarat ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain atau hanya menjadi salah satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang integral menjadi dasar dan nilai bagi eksistensi masyarakat madani. Karakteristik tersebut antara lain adalah Free Public Sphere, Demokratis, Toleransi, Pluralisme, Keadilan Sosial (Social Justice) dan Berkeadaban.

FREE PUBLIC SPHERE
 
Yang dimaksud dengan free public sphere adalah adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Pada ruang publik yang bebas lah individu dalam posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kekhawatiran. Aksentuasi prasyarat ini dikemukakan oleh Arendt dan Habermas. Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang publik secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.
Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat madani dalam sebuah tatanan masyarakat, maka free public sphere menjadi salah satu bagian yang harus diperhatikan. Karena dengan menafikan adanya ruang publik yang bebas dalam tatanan masyarakat madani, maka akan memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh penguasa yang tiranik dan otoriter.

Rabu, 11 Juni 2014

6 Ciri Karakter Anak Bermasalah



“Mungkinkah mengetahui dan memastikan apakah seorang anak itu bermasalah, dalam waktu 5-10 menit pertama saat kita bertemu dengannya?” Jawabannya adalah “mungkin” dan “pasti”. Itu pertanyaan yang sering saya ajukan kepada peserta seminar ataupun para orangtua yang sedang bersemangat belajar dan mencecar saya dengan berbagai pertanyaan seputar anaknya.
Rahasia tersebut akan saya bahas sekarang, rahasia yang sering saya gunakan untuk menganalisa seorang anak. Apakah dia bermasalah, bahkan setelah mempelajarinya dengan seksama kita mampu meramal masa depan seorang anak. Dari hasil menangani berbagai kasus keluarga dan individu maka terbentuklah suatu pola yang akurat ditiap individu. Kebanyakan klien saya jika memiliki masalah, kebanyakan masalah tersebut  dan sebagian besar masalah itu berasal dari 2 hal. Ini juga rahasia (Rahasia dari ruang terapi saya), tapi akan saya bongkar habis.
Baiklah 2 hal tersebut berasal dari :
  • Keluarga (keluarga yang membentuk masalah tersebut secara tidak sengaja).
  • Masalah tersebut berasal dari usia 7 tahun kebawah.
Keluarga, adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga. Dimana sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak diIndonesia menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Manusia berbeda dengan binatang (maaf..) seekor anak kucing yang baru lahir, bisa hidup jika dipisahkan dari induknya, dan banyak binatang yang lain yang memiliki kemampuan serupa. Manusia tidak bisa, sampai usia 18 tahun masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang manusia tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga”. Akan sangat banyak hal yang akan dikupas dari tiap tahun kehidupan manusia dan kebutuhannya serta cara memenuhi kebutuhan tersebut, terutama aspek emosi. Saya tidak akan meneruskannya, kita akan bahas dikesempatan lainnya, kini kita kembali ke cara mengetahui ciri anak bermasalah.
Usia 7 tahun kebawah? Ada apa pada usia ini? Pada masa ini kebanyakan (85%) letak masalah atau asal muasal masalah / hambatan seorang manusia tercipta. Istilah kerennya Mental Block. Karakter yang menghabat pencapaian cita-cita pribadi kita. Dan biasanya akan terasa pada usia 22 tahun ke atas. Woo… segitunya? Ya Mental Block seperti program yang seakan-akan dipersiapkan (karena ketidak sengajaan dan ketidak tahuan orangtua kita) untuk menghambat berbagai macam aspek dalam kehidupan kita. Aspek itu bisa berupa Karier (takut kaya, takut jabatan tinggi) kesehatan (tubuh gemuk, alergi) Relationship (tidak gampang cocok dengan pasangan/teman, paranoid) dan lain hal, serta masih banyak lagi.

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini


Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.

Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?

Karakter dan Kepribadiannya Anak Tunggal

Tulisan ini merupakan saduran dan cuplikan dari sebuah artikel yang ditulis oleh 2 orang pakar psikologi. Artikel ini merupakan artikel lama yang pernah dimuat di koran Kompas, 5 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 24 Juni 2004.
Sudah lama memang, tapi tulisan yang membahas perihal karakter dan kepribadian yang menjadi ciri khasnya anak tunggal menurut pendapatnya Alfred Adler -seorang pelopor psikologi individual- rasanya masih tetap relevan untuk situasi hari ini. Apalagi, apa yang disampaikan pada waktu yang telah lampau itu, pada beberapa peristiwa yang terjadi selama 5 tahun terakhir ini, telah nyata terbukti adanya.
Kita ambil salah satu contoh saja, soal peragu dan terlalu berhati-hati dalam membuat keputusan. Sehingga kemampuannya yang di atas rata-rata dan memungkinkannya mengambil keputusan tegas itu tidak sejalan dengan lambatnya ia mengambil keputusan.
Beberapa peristiwa itu memang menunjukkan kebenaran adanya pengaruh karakteristik kepribadian anak tunggal yang secara psikologis masih kuat dalam dirinya.
Hal lain dari ciri menonjolnya adalah akan selalu berusaha tampil charming, menjaga perilaku, dan mengontrol diri secara ketat yang selalu menjaga penampilannya kapan dan di mana pun.
Jika orangtua mendidiknya dengan baik, anak tunggal akan menjadi anak yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dan menjalankan tugas, tetapi tetap butuh untuk mendapat perhatian yang tetap besar. Namun peristiwa keberpisahan kedua orang yang diharapkannya menjadi sumber perhatian terbesar dalam hidupnya akan mengakibatkan ia kehilangan perhatian.
Menurut aspek motif sosial menurut McLelland, salah satu ciri menonjol lainnya adalah kebutuhan akan prestasi dan afiliasi. Prestasi tinggi yang diraihnya itu merupakan tuntutan dari besarnya kebutuhan akan prestasi. Dasar dorongan berprestasi adalah kebutuhannya untuk tetap mendapatkan perhatian dari orang lain. Artinya, dasar dari kebutuhan berprestasi dalam dirinya adalah cermin dari kebutuhan afiliasi.

Peran Pola Asuh Dalam Membentuk Karakter Anak


Berhasil mendidik anak-anak dengan baik adalah impian semua guru dan orang tua. Setiap guru dan orang tua pasti ingin agar anaknya bisa sukses dan bahagia, namun apakah pada kenyataannya semudah itu? Mayoritas orangtua pernah mengalami kesulitan dalam mendidik buah hati tercinta
Para guru dan orang tua, ijinkan saya bertanya kepada Anda… Pernahkan kita berpikir bahwa program negatif yang (mungkin) secara tidak sengaja kita tanamkan ke pikiran bawah sadar anak kita, akan terus mendominasi dan mengendalikan hidupnya – membuatnya jadi berantakan di masa depan? Jika mau jujur melakukan evaluasi pada diri sendiri, bisa jadi kita semua termasuk saya sebagai orang tua telah dan sedang melakukan hal ini terhadap anak-anak kita.

Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar mengendalikan diri
Jika anak dibesarkan dengan motivasi, maka ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan kelembutan, maka ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar percaya
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menghargai diri sendiri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan kasih dalam kehidupannya

Membentuk Karakter Anak yang Berkualitas


“Karakter seorang anak terbentuk terutama pada saat dia berusia 3 hingga 10 tahun. Adalah tugas kita sebagai orang tua untuk menentukan input seperti apa yang masuk ke dalam pikirannya, sehingga bisa membentuk karakter anak yang berkualitas”
- Sonny Vinn –

Pendidikan macam apa yang perlu kita tekankan sejak awal ?
1. Pendidikan keagamaan
Ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak ; seorang anak perlu tahu siapa Tuhannya, cara beribadah, dan bagaimana memohon berkat dan mengucap syukur. Tunjukkan buku, gambar, dan cerita-cerita yang bisa menginspirasi si anak yang berhubungan dengan keagamaan tersebut. Jika memungkinkan, ajak anak anda untuk ikut ke tempat ibadah bersama. Semakin dini kita menanamkan hal ini pada seorang anak, akan semakin kuat ahlak dan keyakinan akan Tuhan di dalam diri anak kita.

2. Kualitas input yang diterima
Seorang anak pada usia dibawah 10 tahun belum mempunyai fondasi yang kuat dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah laku. Artinya, semua hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan olehnya selama masa pertumbuhan tersebut akan diserap semuanya oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar atau prinsip dalam hidupnya. Adalah tugas orang tua untuk memilah dan menentukan, input-input mana saja yang perlu dimasukkan,dan mana yang perlu dihindarkan. Menonton televisi misalnya, tidaksemua acara itu bagus. Demikian juga dengan membaca majalah, menontonfilm, mendengarkan radio, dan sebagainya.

Pendidikan Karakter Anak Dimulai Sejak Usia Dini

Sebuah pepatah yang dikemukakan oleh Thomas Lickona “Walaupun jumlah anak-anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan”. Oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukkan karakter seseorang. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya. Selain itu, menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha yang strategis.
Berbagai pendapat dari banyak pakar pendidikan anak, dapat disimpulkan bahwa terbentunya karakter manusia adalah dari dua faktor, yaitu nature (faktor alami atau fitrah), dimana semua manusia mempunyai kecenderungan untuk mencintai kebaikan dan nurture (sosialisasi dan pendidikan) yaitu faktor lingkungan, dimana usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi adalah sangat berperan didalam menentukan apa yang akan dihasilkan nantinya dari seorang anak.
Pendidikan moral pada usia dini harus dilakukan sejak anak dilahirkan, apabila masa usia 2 tahun pertama anak sudah mendapatkan cinta, maka sangat mudah anak tersebut dibentuk menjadi manusia yang berakhlak mulia. Menurut hasil penelitian, anak-anak usia 2 tahun sudah dapat diajarkan nilai-nilai moral, bahkan mereka sudah dapat mempunyai perasaan empati terhadap kesulitan atau penderitaan orang lain.
Pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah dapat memberikan arahan mengenai konsep baik dan buruk sesuai dengan tahap perkembangan umur anak. Mengingat pentingnya pembentukan karakter sedini mungkin, maka hendaknya setiap sekolah, terutama sekolah taman kanak-kanak dapat menerapkan pendidikan karakter di sekolahnya.

Peran Ibu Dalam Membentuk Karakter Anak

oleh:   pada: 2 Oct 2013

4 2

Seringkali kita melihat ada anak yang tampak cerdas, trampil, berprestasi, dan menonjol di antara kawan-kawannya. Sebagai ibu kita tentu berharap demikian terjadi pada anak kita. Tapi terkadang muncul pemikiran; ah, kalau anak-anak itu pada dasarnya cerdas, IQ-nya tinggi pantas saja berprestasi. Lagian mereka juga dapat dukungan fasilitas karena orang tuanya kaya. Benarkah demikian bahwa hanya anak yang ber-IQ tinggi dan berasal dari keluarga kaya yang bisa meraih kesuksesan?
Belum tentu, Bu!
Bukan karena IQ tinggi dan dukungan fasilitas lengkap yang menentukan keberhasilan seorang anak, meskipun tak dipungkiri hal ini ikut berperan. Karena kenyataan membuktikan; banyak orang sukses di usia dewasa justru berasal dari keluarga tidak mampu. Banyak orang-orang sukses dan berhasil menjadi pemimpin bukan karena kecerdasan otaknya, melainkan karena pengalaman dan kepribadiannya.
Mereka mungkin berasal dari keluarga sederhana, dalam bimbingan dan tuntunan orang tua yang arif bijaksana, yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan positif, sehingga mereka pun tumbuh menjadi pribadi yang matang dan dewasa. Mereka mampu mengembangkan bakat dan potensi, serta ketrampilannya karena diberi kebebasan dalam mengekspresikan harapan dan cita-citanya.
Jadi Ibu-ibu tak perlu berkecil hati bila anaknya tidak memiliki prestasi akademik yang tinggi. Sebab, mereka masih bisa meraih prestasi di bidang lain. Seperti misalnya dalam bidang seni, ketrampilan, olah raga, tarik suara, dan banyak bidang lainnya. Yang diperlukan dari orang tua adalah bagaimana memberikan perhatian kepada anak-anak agar mereka bisa mengembangkan bakat dan potensi dengan semaksimal mungkin.

Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Gagasan yang Menuju Tindakan

Posted on May 8, 2013 by YasminHospital in Artikel
Karakter Anak usia dini (0-6 th) adalah unik. Mereka aktif, spontan, ceria, dan penuh rasa ingin tahu. Smua stimulus akan direspon pada usia ini, semua informasi akan diserap dan mereka akan menangkap apa saja yang ada disekitarnya. Anak-anak aktif dan belajar melalui semua inderanya.
Anak usia dini kita ibaratkan seperti spons yang menyerap smua yang ada di sekelilingnya dan semua yang diserap itu akan menjadi fondasi penting dalam pembentukan kepribadiannya kelak.
Pendidikan karakter pada usia dini merupakan proses belajar tentang segala aspek dan komponen yang dibutuhkan untuk membentuk kepribadian yang matang dan paripurna, dimana orang tua, guru, lingkungan dan masyarakat berperan sebagai pilar utamanya. pada usia ini anak sangat membutuhkan keteladanan, bukan hanya sekedar nasehat atau norma tertulis.
Imitasi adalah proses meniru atau mencontoh, dimana pada pada anak usia dini proses inilah yang pertama dilakukannya dalam memenuhi rasa ingin tahu dan merespon stimulasi lingkungan. Anak akan meniru smua yang dia lihat, dengar dan rasakan dari lingkungan.
proses belajar pada anak
Identifikasi adalah proses selanjutnya ketika imitasi diberi penguatan berupa reward and punisment serta dilengkapi dengan deskripsi yang baik. Anak akan belajar mengenali semua prilaku yang ditirunya dan mulai bisa membedakan mana prilaku yang dapat diterima dan memberi dampak positif serta mana prilaku yang tidak bisa diterima dan memberi dampak negatif.

Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini

REP | 05 January 2014 | 01:11 Dibaca: 146   Komentar: 0   0
By : Andre Soewito Pada era globalisasi seperti sat ini setiap manusia dituntut untuk bisa berdikari dengan cara masing-masing. Mereka mempunyai cara sendiri untuk bergerilya menjalankan setiap visi dan misi nya agar bisa membidik kejayaan pada kehidupan di masa depan. Visi dan misi setiap pribadi pun akan juga jelas berbeda, hal ini disebabkan setiap karakter yang dimiliki setiap pribadi tidaklah sama. Nah, karakter inilah yang sekarang mulai banyak di sosialisasikan oleh pemerintah melalui lembaga pendidikan yang ada di seluruh penjuru bumi Indonesia terutama di kampus-kampus yang berbasis dunia pendidikan. Pernahkah anda mendengar Pendidikan Karakter pada usia dini? Nah inilah yang sekarang ini sedang menjadi trend dan menjadi pembahasan pokok para pemerhati pendidikan Indonesia. Melalui riset dari berbagai profesional yang berkompeten dibidangnya, akhirnya terciptalah sebuah metode baru yang disebut Pendidikan Karakter Usia Dini. Pada masa-masa usia 0 hingga 6 tahun, otak anak berkembang sangat pesat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).

Memahami 3 Karakter Anak


Tiap anak punya karakter dan temperamen berbeda. Ada tiga tipe yang paling sering bisa dijumpai: Penakut/pemalu, tukang rewel/aktif/cerewet, dan si manis yang mudah diatur.

Seperti apa ciri-ciri mereka dan bagaimana cara terbaik menghadapi mereka? Anak Anda termasuk yang mana?

1. Si penakut/pemalu. Ketika Anda membawa si kecil yang penakut bertemu dengan orang lain, jangan harap ia bisa langsung bergabung. Tak mudah baginya untuk langsung bergabung dalam suatu aktivitas kelompok. Anda harus sering-sering membawa dia ke tempat tersebut, sampai ia merasa nyaman bermain di sana. Setelah ia terlihat nyaman dan bisa berbaur dengan anak-anak lain, Anda bisa pelan-pelan meninggalkannya.

2. Tukang rewel/aktif/ceriwis. Menghadapi anak seperti ini, Anda perlu ekstra sabar. Sikap kalem menghadapinya akan sangat membantu. Menurut Alice Sterling Honig, Ph.D., penulis Secure Relationships: Nurturing Infant-Toddler Attachments in Early Care Settings, anak-anak yang suka rewel, moody, atau gampang ngambek punya perasaan dan respon yang lebih peka dibanding anak lain.

Mengenal 4 Karakter Anak Usia Dini (Menurut Florens)

Pentingnya Mengenal 4 Karakter Dasar Manusia (Menurut Florence Litteur's Personality Plus) Dalam Mendidik Anak

Florence Litteur, penulis buku terlaris “Personality Plus” menguraikan, ada empat pola watak dasar manusia. Sifat-sifat tersebut adalah sanguinis, plegmatis, melankolis, dan koleris. Mengapa kita perlu memahami 4 karakter dasar manusia tersebut dalam mendidik anak?

Seorang anak masih mudah ditebak, tanpa perlu menggunakan tes, untuk bisa mengetahui kepribadian dasar mereka. Sebagai orangtua, kita perlu mengetahui kepribadian dasar buah hati kita. Hal ini akan sangat berguna. Manfaat tersebut antara lain:

1. Tahu bagaimana memperlakukan mereka.
Misalnya kita memiliki anak yang sanguinis, dimana ciri-ciri dasar mereka adalah suka berbicara dan sangat ekspresif. Beberapa orang tua merasa khawatir, saat mengetahui buah hatinya sangat cerewet. Jangan sampai kita membanding-bandingkan dengan orang lain, biasanya saudara kandungnya, yang cenderung pendiam, dengan mengatakan,”Kamu bisa nggak seperti kakakmu, pendiam, dan nggak suka bikin keributan.” Atau dengan banyak melarang anak yang sanguinis untuk bicara. Jangan sampai larangan-larangan kita melukai buah hati kita, dan harus menjadi “orang lain”. Hal ini bisa menghambat pertumbuhan kedewasaan sang anak. Akan lebih baik bila kita mengarahkan “kekurangan” sang anak tersebut menjadi sebuah kelebihan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta demi kebaikan masa depan sang anak. Misalnya, dengan mengajarkan mereka kata-kata yang baik, mengajari mereka menasihati, menghindarkan mereka dari kata-kata yang kasar (yang bisa menyakiti orang lain), mengajari mereka untuk berbicara dengan lembut (tidak dengan membentak), sehingga nantinya saat mereka dewasa, mereka menjadi anak yang baik dalam bertutur kata dan bertindak.

Tipe Karakter Anak

 
Image by : Dokumentasi Ayahbunda
Gaya anak saat menggunakan kloset, menunjukkan karakternya. Kesabaran dan kemampuan orang tua untuk menganalisa, sangat dibutuhkan untuk mengetahui tipe apakah balita Anda, dilihat dari perilakunya saat belajar menggunakan kloset untuk buang air besar. Berikut ini ada 6 tipe klasik yang mudah dikenali dari tindak tanduk anak saat belajar buang hajat dan bagaimana Anda bisa membantunya agar ia dapat segera menguasainya:

Si pendidik atau pakar keuangan. Anak bisa dengan anteng duduk hingga 15 menit di atas kloset. Namun bukan karena lama buang air besar, dia malah asyik bermain atau  melakukan hal lain yang menurutnya lebih seru seperti menyanyi. Bahkan permintaan Anda untuk selesai mandi dianggapnya angin lalu. Ketidakpatuhannya ini juga bisa membuat Anda cemas, karena ia seperti anak yang terlambat dalam fase tumbuh kembangnya. Memakaikan dia popok sekali pakai karena terlalu lelet di toilet hanya akan memperburuk keadaan. Bisa-bisa anak belum bebas popok saat ia duduk di taman kanak-kanak. Karakter: meski sekarang terlihat lambat, dia diprediksi akan menjadi akuntan atau   menekuni bidang  keuangan, karena kemampuannya  duduk berjam-jam. Dia juga bisa menjadi dosen atau guru karena kesabaran dan kegigihannya dalam mengajar.  Bravo!

Peran Ibu Dalam Mendidik Dan Membangun Karakter Anak

Banner Blog Competition Nutrisi Untuk Bangsa

Saat kecil, aku sering mendengar pepatah yang sering diucapkan oleh orangtua kepada pasangan yang masih muda. Dalam bahasa Indonesia, pepatah tersebut bunyinya kurang lebih seperti ini : Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya”. Pepatah ini seakan memberikan isyarat bahwa perilaku orang tua pasti akan menurun pada anaknya. Kenapa demikian? Karena menurut saya pribadi, sejak dari dalam kandungan sampai lahir, lingkungan pertama yang ditemui sang anak adalah keluarga. Dari keluarga karakter anak mulai terbentuk serta mulai belajar. Semuanya tergantung bagaimana cara orang tua mendidik dan membentuk karakter anak dan tentunya dengan tujuan agar menjadi lebih baik.

Sebagai orang tua, pasti semua berharap dan menginginkan anak kita nantinya cerdas, berprestasi dan berakhlak mulia. Bisa jadi ada di antara pembaca baik orang tua maupun anak-anak yang sudah beranjak dewasa, iri melihat anak tetangga ataupun orang lain juara dalam lomba, berprestasi dibidang yang ditekuni, bahkan sampai-sampai tampil secara live di televisi. Sedangkan kita sendiri ataupun anak kita prestasinya biasa-biasa saja dan tidak terkenal pula.

Sifat Karakter Anak Sulung Tengah Bungsu dan Tunggal

Karakter Anak Sulung / Pertama, Tengah, Bungsu, dan Tunggal. Pemaparan ini adalah sesuai pengalaman dan pengamatan pribadi. Dasarnya adalah sifat karakter manusia adalah dinamis sangat bisa berubah. tergantung dari faktor pengalaman, event penting dalam hidup manusia seperti menikah, kematian orang tua, tinggi badan, tingkat pendidikan, dll 

A. Anak Tunggal

Sifat : Ciri khas anak tunggal suka menggantungkan cita-cita yang tinggi dan sangat idealistic. Anak Tunggal memiliki kadar idealistic yang super tinggi (tertinggi diantara anak yang lain dalam hal jodoh, dan pekerjaan). Anak tunggal juga sangat suka bepergian, berekreasi atapun berpetualang. Anak Tunggal memiliki kesamaan dengan anak pertama yakni tidak suka berbuat ulah (cinta akan perdamaian). Sifat lain anak tunggal adalah tak terduga-duga dalam arti yang luas dan punya potensi tinggi untuk selingkuh dari yang saya amati mungkin hal ini disebabkan ia anak satu-satunya sehingga kepengentahuannya thd lawan jenis sangat tinggi. Kecenderungan si Anak Tunggal lebih suka kepada lawan jenis yang berwajah dan bersikap dewasa.
 

Selera Jodoh: Anak tunggal menurut penelitian Psikolog agak kurang cocok dengan anak tengah, akan banyak konflik terjadi karena banyak perbedaan. Menurut pengamatan dan penelitian saya, anak tunggal kurang suka dengan tipe yang pecicilan (biasanya bungsu) dia lebih suka yang bersikap dewasa dan serius seperti anak Pertama (umumnya).

Contoh tokoh : Sheila Marcia, Cinta Laura, Kirana Larasati, Dian Sastro, SBY, Alexandra Gottardo.

Karakter Anak Sulung Dalam Keluarga

02-10-2012 diposkan oleh melindacare


   Anak sulung menempati posisi spesial dalam sebuah keluarga. Kelahiran anak sulung selalu ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan, begitu pun bagi kakek-neneknya. Keistimewaan posisinya membuat karakter anak sulung cukup unik.
Berbagai fasilitas akan didapatnya, begitupun dengan kasih sayang orangtuanya yang tercurah tanpa terbagi pada siapapun sebelum lahir adik-adiknya. Sepintas, anak sulung akan mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah, namun kenyataannya, mereka juga memiliki beban cukup berat. Orangtua biasanya menaruh harapan dan tanggung jawab besar pada si sulung.
Anak sulung memang senang untuk mengontrol dan mengendalikan sesuatu. Terdapat dua tipe anak sulung yang umum ditemukan. Tipe anak sulung pertama akan mengontrol dan mengendalikan dengan gaya mengasuh yang lemah lembut. Sedangkan tipe anak sulung kedua lebih pada penggerak yang agresif dan cenderung memaksa orang di sekitarnya.
Berikut ini beberapa karakteristik anak sulung pada umumnya:

Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan

“Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”

Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.

Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?

18 Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa

Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas.  Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya.
18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

18 Nilai Pendidikan Karakter di Sekolah

Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh deskripsinya. Deskripsi beguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. adapun 18 nilai-nilai pendidikan karakter didiskripsikan adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Nilai Deskripsi
  1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakanajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
  2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
  3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
  4. Disiplin:  Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuhpada berbagai ketentuan dan peraturan.
  5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
  6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan caraatau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah

Posted by Mahmuddin pada Juni 10, 2013
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pendidikan karakter individu seseorang. Secara hakiki manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan (Pusat Kurikulum, 2010).
Gambar
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya, sehingga terbentuk kecintaan terhadap budaya bangsa sendiri.

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Memahami Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Penerapan Pendidikan Karakter pada anak SD

Pendidikan Karakter di Sekolah
Faktor kelurga sangat berperan dalam membentuk karakter anak. Namun kematangan emosi social ini selanjutnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekolah sejak usia dini sampai usia remaja. Bahkan menurut Daniel Goleman, banyaknya orang tua yang gagal dalam mendidik anak-anak, kematangan, emosi social anak dapat dikoreksi dengan memberikan latihan pendidikan karakter kepada anak-anak di sekolah terutama sejak usia dini.
Sekolah adalah tempat yang strategis untuk pendidikan karakter karena anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakternya.
Indonesia belum mempunyai pendidikan karakter yang efektif untuk menjadikan bangsa Indonesia yang berkarakter (tercermin dari tingkah lakunya). Padahal ada beberapa mata pelajaran yangberisikan tentang pesan-pesan moral, misalnya pelajaran agama, kewarganegaraan, dan pancasila. Namun proses pembelajaran yang dilakukan adalah dengan pendekatan penghafalan (kognitif). Para siswa diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur hanya dengan kemampuan anak menjawab soal ujian (terutama dengan pilihan berganda). Karena orientasinya hanyalah semata-mata hanya untuk memperoleh nilai bagus, maka bagaimana mata pelajaran dapat berdampak kepada perubahan perilaku, tidak pernah diperhatikan. Sehingga apa yang terjadi adalah kesenjangan antara pengetahuan moral (cognition) dan perilaku (action). Semua orang pasti mengetahui bahwa berbohong dan korupsi itu salah dan melanggar ketentuan agama, tetapi banyak sekali orang yang tetap melakukannya. Tujuan akhir dari pendidikan karakter adalah bagaimana manusia dapat berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah moral.
Menurut Berman, iklim sekolah yang kondusif dan keterlibatan kepala sekolah dan para guru adalah factor penentu dari ukuran keberhasilan interfensi pendidikan karakter di sekolah. Dukungan saran dan prasarana sekolah, hubungan antar murid, serta tingkat kesadaran kepala sekolah dan guru juga turut menyumbang bagi keberhasilan pendidikan karakter ini, disamping kemampuan diri sendiri (melalui motivasi, kreatifitas dan kepemimpinannya) yang mampu menyampaikan konsep karakter pada ana didiknya dengan baik.

Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

oleh:
Taufik Hidayat
Di era sekarang, karakter merupakan sesuatu yang jarang ditemukan pada masyarakat Indonesia. Dilihat dari banyaknya ketidakadilan serta kebohongan-kebohongan yang dilakukan masyarakat kita. Bahkan ditingkat yang lebih tinggi sendiri, yaitu pemerintah yang tak mengenal lagi sebuah karakter diri sebagai makhluk Tuhan dan sosial. Menurut Prof. Suyanto Ph.D,karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Potensi karakter yang baik telah dimiliki tiap manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini. Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah-natural) dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan-natural). Pendidikan merupakan salah satu wadah dalam menunjang pembentukan karakter tiap individu. Sekolah Dasar adalah merupakan pendidikan awal penanaman karakter anak dalam perkembangan dirinya. Tak bisa kita mungkiri bahwa banyaknya generasi di Indonesia, yang tidak mengenal dirinya sebagai bangsa Indonesiayang memiliki berbagai macam suku, budaya, dan kultur sosial yang berbeda.
Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran atau amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Meskipun semua pihak bertanggungjawab atas pendidikan karakter calon generasi penerus bangsa (anak-anak), namun keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Untuk membentuk karakter anak, keluarga harus memenuhi tiga syarat dasar bagi terbentuknya kepribadian yang baik. Yaitu,maternal bonding, rasa aman, stimulasi fisik dan mental. Selain itu, jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya juga menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak di rumah. Kesalahan dalam pengasuhan anak di keluarga akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik.

Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi

Oleh Djoko Santoso
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
Setiap tanggal 20 Mei kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Sudah sewajarnya jika setiap peringatan hari penting kita perlu merenung dan berpikir untuk mengambil hikmahnya.
Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari berdirinya Budi Oetomo sebagai awal organisasi “modern” yang kemudian mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkaitan dengan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini ada hal penting yang perlu kita tekankan yaitu tema Hari Pendidikan Nasional yang juga kita peringati dalam bulan ini,tepatnya tanggal 2 Mei lalu. Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional 2011 ialah “Pendidikan karakter sebagai pilar kebangkitan bangsa” dengan subtema “raih prestasi junjung budi pekerti”. Kedua peringatan hari nasional ini berkaitan erat satu sama lain, karena pendidikan adalah proses pembudayaan dan kebangkitan merupakan awal proses,sehingga keduanya memandu proses pembentukan karakter atau jati diri bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter kita pahami berjalan mulai anak usia dini (bahkan mungkin sejak bayi di dalam kandungan?) hingga ke perguruan tinggi. Karenaitu,pendidikankarakter tidak hanya menjadi tanggung jawabpendidikanpersekolahan dari jenjang PAUD hingga perguruan tinggi, tapi juga tanggung jawab orangtua,keluarga, dan masyarakat. Di dalam ruang lingkup lokal, orangtua dan keluarga memiliki peran kuat pada usia awal dan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia anak.

Membudayakan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi

1 Oktober 2013, Hari Kesaktian Pancasila - Bung Karno pernah berpesan kepada kita, “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building), karena pembangunan karakter inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, jaya, dan bermartabat. Jika pembangunan karakter ini tidak dilakukan (atau salah melaksanakannya), maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli” (Soemarno Soedarsono, 2009: sampul). Marilah kita renungkan pesan Bung Karno tersebut dengan menyimak realitas kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.
Akhir-akhir ini kalangan birokrat, pendidik, orang tua, dan generasi muda Indonesia resah, khawatir, dan kecewa karena adanya krisis keteladanan. Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara semestinya jadi living values masyarakat Indonesia sehari-hari, masih jauh dari harapan. Ditambah lagi, di tingkat satuan pendidikan, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dihapus menjadi hanya Pendidikan Kewarganegaraan (di semua jenjang pendidikan). Hal ini membawa konsekuensi ditinggalkannya nilai-nilai Pancasila seperti musyawarah, gotong royong, kerukunan dan toleransi beragama.
Menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa, menjadi hal mendesak yang harus dilakukan bangsa ini. Melalui kebijakan dan implementasi pendidikan dengan cara mengangkat kembali nilai-nilai Pancasila sebagai pendidikan karakter di sekolah, termasuk perguruan tinggi. Sudah seharusnya apabila, nilai-nilai karakter yang ada dalam Pancasila disemai kembali di lingkungan pendidikan dengan merevitalisasi pengampu mata kuliah, metode pembelajaran, metode pendekatan, dan sistem evaluasi yang berkesinambungan agar dapat berjalan secara efektif.

KOTRIBUSI NILAI-NILAI KEPALANGMERAHAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DAN MAHASISWA

Pemerintah telah kembali mencanangkan pendidikan karakter sebagai materi yang harus diberikan di lembaga pendidikan. Tujuan pendidikan karakter adalah meningkatnya dan bertahannya karakter bangsa. Pendidikan karakter ini di lembagan pendidikan formal dilaksanakan dengan menetapkan mata pelajaran atau mata kuliah pengembangan kepribadian, yang meliputi Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, dan Bahasa Indonesia.
Pelaksanaan meliputi Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, dan Bahasa Indonesia pada umumnya masih bersifat teacher centered, sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru/dosen. Metode pembelajaran masih tradisional yaitu metode ceramah yang belum mengarah pada metode partisipatif. Akibat dari hal ini maka tujuh pendidikan mata pelajaran atau mata kuliah pengembangan pribadi yang seharusnya mengarah pada aspek afektif dan aspek attitude, baru sebatas aspek afektif. Akibat lebih lanjut cara evaluasi juga berkonotasi pada aspek kognitif saja. Sehingga karakter atau perubahan sikap belum terukur.
Agar tujuan pendidikan karakter dapat tercapai, dibutuhkan adanya pembiasaan, keteladanan dan aktivitas-aktivitas nyata. Karena itu, dibutuhkan metode atau cara pembelajaran pendidikan karakter yang partisipatif, actual, realistic, dan continue.
Salah satu metode atau cara pendidikan karakter yang ditawarkan dan dikembangkan Program Studi Pendidiakan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta adalah dengan ditetapkannya mata kuliah Palang Merah Remaja (PMR), sebagai mata kuliah wajib dalam kurikulum. Sudah diketahui bahwa PMR merupakan bagian paling penting dari Palang Merah Indonesia (PMI). Dalam Palang Merah Indonesia terdapat tujuh prinsip, yaitu kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan. Ketujuh prinsip tersebut apabila direalisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai program maupun kelompok akan mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional Indonesia maupun tujuan pendidikan karakter bangsa.

Pendidikan Karakter untuk Mahasiswa

DUA BELAS tahun lebih sejak reformasi bergulir, tak ada perubahan yang signifikan atas kondisi bangsa ini. Kemiskinan masih menimpa sebagian masyarakat Indonesia. Angka pengangguran menunjukkan jumlah yang meningkat tiap tahunnya. Di sana sini masih sering kita dengar berita tentang kelaparan dan balita kurang gizi.

Sementara itu, kebobrokan moral juga menimpa banyak pejabat Negara kita, dari tingkat pusat hingga daerah. Dari lembaga eksekutif, legislatif, hingga yudikatif. Berita tentang ketidakjujuran, KKN, dan suap-menyuap di kalangan pejabat Negara tak henti-hentinya menghiasi media massa. Tiap hari kejahatan kerah putih tak kian berkurang, tetapi malah makin bertambah dengan modus-modus baru. Seakan ada saja cara dan jalan untuk mengorupsi uang Negara, menggelapkan uang rakyat.

Gagalkah reformasi Mei 1998? Di manakah para aktivis 1998 yang dulu menggembar-gemborkan perubahan, pemberantasan koupsi, dan perbaikan sistem hukum? Larikah mereka sekarang, setelah berhasil menumbangkan rezim otoriter Orde Baru? Ataukah kini mereka bungkam dan tak berkutik setelah merasakan empuknya kursi kekuasaan, dan setelah merasakan manisnya uang berlimpah?

Pepatah Arab mengatakan, Syubban al-yawm rijal al-ghad (pemuda pada hari ini adalah penguasa/ tokoh di masa depan). Dengan demikian, pemahaman terbaliknya mengatakan, penguasa hari ini adalah para pemuda di masa lampau. Secara lebih spesifik, orang-orang yang duduk di kursi kekuasaan pada saat ini adalah para mahasiswa pada masa lampau. Dalam konteks ini penulis mengamini apa yang ditulis Hammidun Nafi’ S. di rubrik ini (14/8) bahwa para koruptor sekarang adalah mahasiswa generasi-generasi sebelumnya.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DIKALANGAN MAHASISWA


Apa sebenarnya karakter itu? Karakter adalah sifat yang di bawa oleh tiap individu, yang setiap orang memiliki karakter masing-masing. Pengertian karakter lebih mengarah pada moral dan budi pekerti seseorang, tentunya yang bersifat positf.
Karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah salah satu sumber daya yang penting.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Jadi bagi mahasiswa, sangat penting untuk mendapatkan pendidikan karakter, hal ini bertujuan untuk memperkuat akhlak dan sifat terpuji bagi peserta didik (dalam hal ini mahasiswa). Karena kepandaian di bidang pendidikan saja belum cukup tanpa bekal moral dan karakter yang kuat. Agar saat mahasiswa terjun di masyarakat nanti tidak terjadi penyalahgunaan ilmu yang di pelajari selama sekolah.
Seperti kita lihat sekarang ini, dimana orang-orang pandai malah menyalahgunakan kepandaiannya untuk melakukan tindak pidana seperti korupsi atau menjadi teroris. Kalau saja mereka memiliki karakter dan budi pekerti yang kuat, tentu hal itu tidak akan terjadi. Jadi untuk alasan kebaikanlah maka perlu di tekankan pentingnya pendidikan karakter bagi mahasiswa.

Menanamkan Pendidikan Karakter Bangsa Adalah Suatu Prioritas

Mendidik karakter adalah bahasan unik, mengapa unik? Karena bahasan ini bisa “lari” kemana-mana bila kita membahas tentang manusia. Dan masalah tentang manusia adalah pekerjaan yang tidak ada habisnya, dari manusia lahir hingga meninggal banyak kejadian ajaib serta memalukan terjadi dalam kehidupannya.
Manusia adalah faktor penting dalam menciptakan kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik dan sejahtera itu dapat dibentuk dan diciptakan. Pertanyaannya bagaimana membentuknya?
Bentuklah dari kebiasaan. Sebagai contoh, di Hong Kong kepadatan lalu lintas tidak seruwet di Jakarta, bahkan cenderung sepi dan lenggang. Dengan penduduk sekitar 8,8 juta lalu lintas kendaraan di Hong Kong termasuk lenggang, bahkan hari-hari sibuk juga lenggang. Apa orang hongkong tidak memiliki kendaraan? Tidak, ternyata di Hong Kong ada 2 kehidupan, kehidupan di dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas adalah dunia yang saya maksudkan lenggang, tetapi dunia bawah adalah jalur subway atau kereta bawah tanah.
Jelas lebih padat aktifitas transportasi di dunia bawah. Hampir semua penduduk Hong Kong menggunakan fasilitas ini. Walaupun padat, tetapi meraka sangat teratur. Keluar melalui pintu samping kanan dan penumpang masuk melalui pintu samping kiri, rapi dan teratur. Bagaimana ini bisa terjadi?
Ternyata ini adalah proses dari pembiasaan, hal ini sudah di biasakan sejak anak di sekolah dasar, sekolah mengajarkan keteraturan-keteraturan ini sejak usia dini.

Pendidikan Karakter Bangsa

  • Pengertian Pendidikan Karakter Bangsa
Tersirat dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia pasal 3 UU Sikdiknas menyebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan Pendidikan Nasional merupakan rumusan mengenai kualitas manusia modern yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh sebab itu rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar pengembangan pendidikan karakter bangsa. Untuk memudahkan wawasan arti pendidikan karakter bangsa perlu dikemukakan pengertian, istilah, pendidikan karakter bangsa.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.
Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Peran Penting Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa


Oleh: Yunita Widyastuti, Publish on: 1 April 2014 00:00 wib
Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap manusia karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dan masa depan seseorang. Tanpa pendidikan, seseorang akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak berkualitas, dia akan tumbuh menjadi seseorang yang tidak mengenal aturan, seenaknya sendiri, malas dan cenderung memiliki mental yang lemah, tidak memiliki daya juang positif yang akhirnya akan membuat arah hidupnya tidak jelas, tidak terkendali dan dapat terjerumus ke hal-hal negatif, seperti narkoba dan minuman keras yang menyebabkan si pemakai menjadi kecanduan, sehingga apapun caranya akan ditempuh demi mendapatkan narkoba dan minuman keras tersebut. Untuk mendapatkan narkoba dan minuman keras tersebut tentu saja tidak gratis, ada harga yang harus dibayar. Saat pecandu tersebut mulai kehabisan uang untuk membeli narkoba minuman keras, berbagai cara ditempuhnya untuk memperoleh uang guna membeli narkoba dan minuman, mulai dari menjual barang-barang yang ada di rumah sampai habis dan akhirnya melakukan tindak kejahatan mulai dari mencuri hingga merampok. Tanpa pendidikan, manusia akan sangat mudah dipengaruhi dan dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang ingin mencari keuntungan pribadi, mereka sangat mudah menurut perintah dari para provokator yang hendak menghancurkan bangsanya seperti yang marak terjadi sekarang ini adalah terorisme yang banyak melibatkan anak-anak muda karena mereka sangat mudah diprovokasi dan dicuci otaknya. Selain itu, tanpa pendidikan manusia akan sangat kesulitan memperoleh pekerjaan karena tidak memiliki keahlian apapun yang menjadi tuntutan setiap instansi dalam memperoleh pekerjaan.

Pendidikan Karakter Bangsa Sebagai Benteng Moral Bangsa

Oleh : Maryani Hadiriyanto, S. Pd
Dalam konteks Indonesia sekarang, kita membutuhkan pemimpin yang mampu membawa perubahan. Apa yang menjadi persoalan bangsa itu mengatasi persoalan-persoalan seperti menyalahi kewenangan, KKN, kesenjangan ekonomi, masalah kemiskinan, keadilan umum, serta persoalan yang menyangkut integritas. Seorang pemimpin adalah orang yang bisa membawa aspirasi, mau memahami, serta punya pengalaman dan rekam jejak. Bagaimanapun, kepemimpinan itu yang diperlukan tidak hanya intelektualnya, tetapi juga emosionalnya, disparingin, karakternya. Dan, pemimpin pun adalah simbol, simbol orang, simbol harapan, dan simbol kekuatan.
Kalau secara moral pemimpin itu rapuh, maka dia tidak akan mampu membawa negara ini mencapai tujuan sesuai konstitusi. Kalau ada pemimpin itu bermasalah, harusnya tidak bisa diteruskan memimpin bangsanya, apalagi kita di negara berdasarkan Pancasila, pemimpin harus teruji, baik moral maupun karakternya hingga benar-benar bisa dipercaya. Yang penting, kepemimpinan nasional harus diberi ruang untuk berkembang agar muncul pemimpin potensial bagi negara dan bangsa ini di masa-masa mendatang.
Dalam konteks pendidikan karakter, perlu pendekatan pendidikan holistik, pendidikan manusia seutuhnya seumur hidup, long life education. Ketika pendidikan mementingkan aspek kognitif belaka, akan lahir lulusan yang memiliki personality imbalance (ketimpangan kepribadian). Mahir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi rapuh dalam moralitas, karakter, integritas, dan relasi sosial. Lemahnya kepribadian yang melahirkan fenomena krisis moral dan tanggung jawab.

Pendidikan Karakter Untuk Membangun Manusia Indonesia Yang Unggul


Penulis : Thanon Aria Dewangga, Asdep Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan Persidangan

        Ada sebagian kecil kalangan berpandangan bahwa Pemerintah kurang serius dalam membenahi sektor pendidikan. Sesuatu yang debatable karena dari berbagai sudut pandang dan dimensi, pemerintah sangat berkomitmen untuk meningkatkan taraf pendidikan. Mulai dari 20% anggaran khusus untuk pendidikan,  pembangunan bangunan sekolah-sekolah yang rusak, peningkatan taraf hidup dan kualitas guru dan lain-lain.
        Pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai. Yang masih hangat dalam pikiran penulis, yang terlahir di era 70-an, di sekolah dasar kita dibekali pendidikan karakter  bangsa seperti  PMP dan PSPB sampai akhirnya diberikan bekal lanjutan model Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun dan mempertahankan  jati diri bangsa.  Sayang, pendidikan karakter di Indonesia perlu diberi perhatian lebih khusus karena selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Karakter Bangsa yang Kreatif, Rekreatif dan Edukatif


Jakarta, HanTer – Pendidikan kepanduan yang ada dalam Gerakan Pramuka merupakan proses pendidikan karakter bangsa dengan cara kreatif, rekreatif dan edukatif. Oleh karena itu, Gerakan Pramuka menjadi wadah pengembangan diri yang penting dan menarik bagi anak muda. 
“Gerakan Pramuka sangat baik dalam membentuk human character building (pembentukan karakter manusia), yang terbukti mampu melahirkan insan mandiri dan bertanggung jawab,” kata Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga, Sakhyan Asmara, dalam keterangan tertulisnya kepada Harian Terbit, Jumat (18/4). 
Menurutnya, Pramuka terbukti mampu melahirkan generasi tangguh dan bertanggung jawab. “Oleh karena itu, Gerakan Pramuka harus terus ditumbuhkan dan dikembangkan. Melalui berbagai program kepramukaan ini, juga kita harapkan akhlak, budi pekerti, dan mentalitas anak bangsa dapat terbangun lebih positif,” ungkapnya. 
Hal itu disampaikan Sakhyan dalam Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Arah Kebijakan Kemenpora Dalam Pengembangan Gerakan Pramuka Tahun 2014.
Pada kesempatan yang sama turut hadir pula, Asisten Deputi Kepanduan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora, IGP Raka Pariana. Dia menuturkan, masih terdapat beberapa kendala dalam penyaluran dan pengelolaan Dana Dekonsentrasi di seluruh propinsi di Indonesia.

Pendidikan Karakter Mandiri

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI

Mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Depdikbud-Balai Pustaka, 1996, kata karakter ini memiliki beberapa sinonim, antara lain: sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Akhlak sinonimnya adalah budi pekerti; kelakukan. Watak sinonimnya adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku.; budi pekerti; tabiat. Budi pekerti sinonimnya adalah sikap; akhlak; moral; kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin. Mental sinonimnya adalah batin dan watak. Mentalitas artinya keadaan dan aktivitas jiwa (bathin), cara berfikir, dan berperasaan.

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, dalam Suparman Sumahamijaya (2003: 28) karakter adalah keadaan mental atau moral seseorang, masyarakat, bangsa dan sebagainya; kualitas mental atau moral yang membentuk seseorang, bangsa, dan sebagainya berbeda dari yang lain. 

Pengetian kata mandiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Kata bendanya adalah kemandirian yang artinya adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.sinonim dari kata mandiri adalah berdikari, yaitu berdiri di atas kaki sendiri; tidak bergantung pada bantuan orang lain.

Dari pengertian di atas, Suparman (2003: 31) meyimpulkan bahwa pendidikan karakter mandiri adalah pendidikan yang membentuk akhlak, watak, budi pekerti, dan mental manusia agar hidupnya tidak tergantung atau bersandar kepada pihak-pihak lain, tidak bergantung pada bantuan orang lain. Pendidikan karakter mandiri bertujuan untuk insan-insan yang percaya kepada dirinya sendiri dalam mengerjakan sesuatu urusan. Karakter mandiri mendorong dan memacu seseorang untuk memecahkan sendiri persoalan hidup dan kehidupannya, sehingga dia termotivasi untuk berinisiatif, berkreasi, berinovasi, proaktif dan bekerja keras. Pendidikan budi pekerti mandiri memacu keberanian seseorang untuk berbuat atau bereaksi, tidak pasrah dan beku, tetap dinamis, energik dan selalu optimis menuju ke masa depan

Bagaimana Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak


Permasalahan kali ini yang saya ingin bahas adalah permasalahan seorang anak yang manja dan kurang mandiri. Orang tua sering mengeluhkan kepada saya. Aduh anak saya ini kurang mandiri, gimana caranya ya membuat dia mandiri. Kayaknya dia ini terlalu manja dech. Saya dulu dibesarkan orang tua dengan ekonomi yang pas-pasan. Akhirnya saya jadi berjuang sendiri untuk melakukan segala sesuatu. Anak saya ini sepertinya terlalu enak.
Biasanya ketika orang tua mulai mengeluhkan seperti itu, saya hanya berbalik menanyakan kepada mereka. “Pak, Bu.. sebenarnya Anda sudah tahu kan jawabannya harus bagaimana?”, “Lho maksud Anda bagaimana?” Mereka balik bertanya, “tadi Bapak Ibu sudah mengatakan bahwa ketika Anda dulu di besarkan pas-pasan dan Anda harus melakukannya semua sendiri. Dan anak Anda sekarang terlalu nyaman karena semua sudah Anda sediakan. Justru itulah permasalahannya, Anda menyediakan segala sesuatunya bagi anak Anda tanpa membuat dia berjuang. Anda sudah tahu permasalahannya tapi Anda masih lakukan”. Mereka mulai menyadari permasalahannya sekarang. “Tapi bagaimana lagi kan kasihan? Daripada dia repot-repot”. Justru itulah permasalahannya, kita tidak mau membuat anak kita repot. Sebenarnya itu tidak membuat anak kita repot. Sebenarnya itu untuk latihan yang perlu di jalaninya agar dia bisa mengembangkan dirinya.

Cermin Karakter

Akhir bulan Desember 2013, saya kedatangan seorang pasangan suami istri dari luar negeri, mereka sedang berlibur dan akhirnya mereka berkunjung kepada saya. Mereka asli Indonesia hanya menggantungkan hidupnya beberapa tahun ini di luar negeri. Mereka pasangan yang sangat pintar, lulus sarjana dan tinggal diluar negeri. Dan mereka memiliki masalah.
Masalahnya mereka hanya bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran di luar negeri, dan sudah bertahun-tahun tidak ada perubahan. Jadi mereka memutuskan berkunjung ke saya dan berbicara tentang apa yang mereka alami. Singkat cerita saya meminta sang suami menuruti kata-kata saya untuk 5 menit saja. “Bisa anda ke kamar kecil dan lihat disana ada cermin, lalu, bayangkan diri anda adalah seorang direktur, dan anda lihat orang yang ada didalam cermin itu, apakah anda mau menerima dia menjadi pegawai anda? Dan apakah dia pantas mendapatkan bayaran yang cukup fantastis diperusahaan anda?”. Dia menurut dan kembali lagi pada saya serta memberikan jawaban, “tidak saya terima”, istrinya tertawa terbahak-bahak “dia pecat dan tidak menerima dirinya sendiri”.
Saya tidak bermaksud menyudutkan sang suami atau merendahkannya, pertanyaan berikutnya saya lancarkan lagi “apa yang harus dilakukan orang yang ada didalam cermin tersebut agar dia bisa diterima perusahaan anda?”, munculah beragam jawaban positif yang intinya adalah meningkatkan kualitas hidupnya. Dia mulai bisa memperbaiki gambar dirinya yang rusak. Pertanyaannya, mengapa bisa rusak dan siapa yang merusak?

Pengertian pendidikan karakter pada tingkat dasar

Pengertian pendidikan karakter tingkat dasar haruslah menitikberatkan kepada sikap maupun keterampilan dibandingkan pada ilmu pengetahuan lainnya. Dengan pendidikan dasar inilah seseorang diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan selanjutnya. Pendidikan karakter tingkat dasar haruslah membentuk suatu fondasi yang kuat demi keutuhan rangkaian pendidikan tersebut. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas pula ragam ilmu yang didapat dari seseorang dan akibat yang akan didapatkannyapun semakin besar jika tanpa ada landasan pengertian pendidikan karakter yang diterapkan sejak usia dini. Sebagai contoh perbuatan yang merusak moral dan karakter adalah tawuran antar penduduk desa, dahulu saya kira tidaklah pernah kita mendengar yang namanya tawuran, akan tetapi sekarang sudah lazim tergiang di gendang telinga kita, bukan anak sma, bukan anak smp tetapi penduduk desa, antar warga kampung... sungguh memprihatinkan.

Pengertian ilmu pendidikan karakter ini merupakan salah satu alat yang paling penting dan harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga tingkat pengertian pendidikan karakter seseorang juga merupakan salah satu alat terbesar yang akan menjamin kualitas hidup seseorang dan keberhasilan pergaulan di dalam masyarakat. Disamping pendidikan formal yang kita dapatkan, kemampuan memperbaiki diri dan pengalaman juga merupakan hal yang mendukung upaya pendidikan seseorang di dalam bermasyarakat. Tanpa itu pengembangan inividu cenderung tidak akan menjadi lebih baik. Pendidikan karakter diharapkan tidak membentuk siswa yang suka tawuran, nyontek, malas, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan dan lain-lain.

Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas

Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalo alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?
Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya. Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.

Langkah Awal Dalam Pendidikan Karakter

Komitmen merupakan langkah awal jika ingin memiliki karakter yang baik, tetapi komitmen seperti apa yang dibutuhkan untuk mensukseskan pendidikan karakter? Yaitu disiplin terhadap pendidikan karakter itu sendiri. Kali ini kita akan membahas dari sudut pandang sekolah.
Suatu ketika saya sempat mempresentasikan tentang pendidikan karakter dan dampaknya terhadap guru dan karyawan sekolah. Saya dan rekan sengaja menyeting agar lingkungan sekolah menjadi padu dengan isu pendidikan karakter yang akan didengungkan oleh sekolah yang bersangkutan. Saat saya menjelaskan tentang peraturan sekolah dan peraturan kelas, terlihat muka yang kurang nyaman, serta respon yang kurang antusias, serta air muka yang seakan berbeban berat menyikapi pelaksanaan pendidikan karakter.
Dan ditengah-tengah acara saya menjelaskan agar sekolah tidak perlu terburu-buru melakukan perombakan besar dalam aturan sekolah. Saya sangat memahami beban guru dalam mengajar dan kegiatan administrasinya, lakukan step by step yang penting ada komitmen dalam pelaksanaannya dan peliharalah disiplin sebagai motor penggerak pendidikan karakter itu sendiri, itu kuncinya. Disiplin, disiplin dan disiplin.

Sekilas saya jelaskan disiplin orang yang hidup di Indonesia dengan dua musim, berbeda dengan negara yang hidup dengan empat musim. Ketangguhan, daya juang dan inisiatif juga berbeda. Kita di Indonesia adalah wilayah yang tantangan secara alamnya cukup sedikit dibandingkan dengan mereka yang hidup di empat musim.

Pengertian pendidikan karakter pada tingkat dasar

Pengertian pendidikan karakter tingkat dasar haruslah menitikberatkan kepada sikap maupun keterampilan dibandingkan pada ilmu pengetahuan lainnya. Dengan pendidikan dasar inilah seseorang diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan selanjutnya. Pendidikan karakter tingkat dasar haruslah membentuk suatu fondasi yang kuat demi keutuhan rangkaian pendidikan tersebut. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas pula ragam ilmu yang didapat dari seseorang dan akibat yang akan didapatkannyapun semakin besar jika tanpa ada landasan pengertian pendidikan karakter yang diterapkan sejak usia dini. Sebagai contoh perbuatan yang merusak moral dan karakter adalah tawuran antar penduduk desa, dahulu saya kira tidaklah pernah kita mendengar yang namanya tawuran, akan tetapi sekarang sudah lazim tergiang di gendang telinga kita, bukan anak sma, bukan anak smp tetapi penduduk desa, antar warga kampung... sungguh memprihatinkan.

Pengertian ilmu pendidikan karakter ini merupakan salah satu alat yang paling penting dan harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga tingkat pengertian pendidikan karakter seseorang juga merupakan salah satu alat terbesar yang akan menjamin kualitas hidup seseorang dan keberhasilan pergaulan di dalam masyarakat. Disamping pendidikan formal yang kita dapatkan, kemampuan memperbaiki diri dan pengalaman juga merupakan hal yang mendukung upaya pendidikan seseorang di dalam bermasyarakat. Tanpa itu pengembangan inividu cenderung tidak akan menjadi lebih baik. Pendidikan karakter diharapkan tidak membentuk siswa yang suka tawuran, nyontek, malas, pornografi, penyalahgunaan obat-obatan dan lain-lain.

UPAYA MENDISIPLINKAN SISWA MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER

Saya sedang mencari file-file atau informasi-informasi tentang pendidikan karakter. saya coba cari disana-sini, akhirnya sampaii juga pada situs kemudian saya download file-file yang saya butuhkan di sana. file-file tersebut saya cetak dan saya berikan kepada dosen saya (sebagai bahan pengajuan judul skripsi saya,red). Saya baca file-file tersebut (meskipun belum semuanya, hehehehe. beberapa informasi dari file-file tersebut saya kutip di dalam artikel saya (untuk tugas akhir matakuliah problematika pembelajaran SD). Artikel saya ini tentu masih jauh dari sempurna, karena itu saran pembaca sangat saya perlukkan. Berikut artikel saya tersebut.
UPAYA MENDISIPLINKAN SISWA MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh Nur Wijayanto
Abstrak : Banyak terjadi masalah-masalah sosial di era reformasi ini. Masalah-masalah tersebut juga berimbas kepada kehidupan sekolah – bahkan di sekolah dasar. Masalah-masalah sosial tersebut mengerucut kepada kedisiplinan siswa. Solusi atas kedisiplinan siswa tersebut adalah pendidikan karakter.

Tujuan dan Faktor Pendidikan Karakter

Tujuan :                                
Ø  Mensosialisasikan betapa pentingnya pendidikan yang berkarakter
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah apa yang disebut dengan temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.

Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan Pendidikan Karakter - Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka panjangnya tidak lain adalah mendasarkna diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya, yang padagilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus-menerus.Tujuan jangka panjang ini merupakan pendekatan dialektis yang semakin mendekatkan dengan kenyataa yang idea, melalui proses refleksi dan interaksi secara terus menerus antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.
Pendidikan Karakter juga bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuaannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Karakter Terhadap Pendidikan Nasional


Fungsi Pendidikan Karakter
Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur;

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Posted on November 24th, 2010 tobroni 1 comment
Oleh Prof. Dr. Tobroni, M.Si.[1]
PENDAHULUAN
Istilah nation and charakter building adalah istilah klasik dan menjadi kosa kata hampir sepanjang sejarah modern Indonesia terutama sejak peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Istilah ini mencuat kembali sejak tahun 2010 ketika pendidikan karakter dijadikan sebagai gerakan nasional pada puncak acara Hari Pendidikan Nasional 20 Mei 2010. Latar belakang munculnya pendidikan karakter ini dilatarbelakangi oleh semakin terkikisnya karakter sebagai bangsa Indonesia, dan sekaligus sebagai upaya pembangunan manusia Indonesia yang berakhlak budi pekerti yang mulia.
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak (Oxford). Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.

Artikel Pendidikan: Konsep Pendidikan Karakter

Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih dititikberatkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah sekolah yang ada masih disibukkan dengan ujian, mulai dari ujian mid, ujian akhir hingga ujian nasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaan rumah untuk memecahkan pertanyaan di buku pelajaran yang biasanya tak relevan dengan kehidupan sehari hari para siswa.

Saatnya para pengambil kebijakan, para pendidik, orang tua dan masyarakat senantiasa memperkaya persepsi bahwa ukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari prestasi angka angka. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul.

Pengertian Pendidi
kan Karakter Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).

Konsep Dasar Pendidikan Karakter Islami

Apa Itu Karakter?
karakter secara harfiyah berasal dari bahasa Latin “character”, yang berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak.
Secara istilah karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya di mana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Jadi karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat-istiadat.
Karakter = akhlak dan budi pekerti. Karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa/budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik.