Rabu, 11 Juni 2014

Karakter dan Kepribadiannya Anak Tunggal

Tulisan ini merupakan saduran dan cuplikan dari sebuah artikel yang ditulis oleh 2 orang pakar psikologi. Artikel ini merupakan artikel lama yang pernah dimuat di koran Kompas, 5 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 24 Juni 2004.
Sudah lama memang, tapi tulisan yang membahas perihal karakter dan kepribadian yang menjadi ciri khasnya anak tunggal menurut pendapatnya Alfred Adler -seorang pelopor psikologi individual- rasanya masih tetap relevan untuk situasi hari ini. Apalagi, apa yang disampaikan pada waktu yang telah lampau itu, pada beberapa peristiwa yang terjadi selama 5 tahun terakhir ini, telah nyata terbukti adanya.
Kita ambil salah satu contoh saja, soal peragu dan terlalu berhati-hati dalam membuat keputusan. Sehingga kemampuannya yang di atas rata-rata dan memungkinkannya mengambil keputusan tegas itu tidak sejalan dengan lambatnya ia mengambil keputusan.
Beberapa peristiwa itu memang menunjukkan kebenaran adanya pengaruh karakteristik kepribadian anak tunggal yang secara psikologis masih kuat dalam dirinya.
Hal lain dari ciri menonjolnya adalah akan selalu berusaha tampil charming, menjaga perilaku, dan mengontrol diri secara ketat yang selalu menjaga penampilannya kapan dan di mana pun.
Jika orangtua mendidiknya dengan baik, anak tunggal akan menjadi anak yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dan menjalankan tugas, tetapi tetap butuh untuk mendapat perhatian yang tetap besar. Namun peristiwa keberpisahan kedua orang yang diharapkannya menjadi sumber perhatian terbesar dalam hidupnya akan mengakibatkan ia kehilangan perhatian.
Menurut aspek motif sosial menurut McLelland, salah satu ciri menonjol lainnya adalah kebutuhan akan prestasi dan afiliasi. Prestasi tinggi yang diraihnya itu merupakan tuntutan dari besarnya kebutuhan akan prestasi. Dasar dorongan berprestasi adalah kebutuhannya untuk tetap mendapatkan perhatian dari orang lain. Artinya, dasar dari kebutuhan berprestasi dalam dirinya adalah cermin dari kebutuhan afiliasi.Kesan keragu-raguan dan lambatnya seorang anak tunggal dalam mengambil keputusan itu sangat mungkin didasari oleh kebutuhan afiliasinya untuk mendapatkan perhatian orang lain. Sehingga ada dorongan dalam dirinya untuk memiliki pengaruh cukup besar, terutama pengaruh yang akan membuat orang lain senang berada di dekatnya.
Dalam situasi yang terkontrol dan memiliki rambu-rambu yang jelas, sangat bisa jadi bisa ia akan menampilkan perilaku kepemimpinan terbaiknya. Akan tetapi dalam situasi yang mengambang dan tidak memiliki aturan yang jelas, kemungkinan kepemimpinannya menjadi tidak terlalu efisien.
Situasi yang tidak jelas aturannya, dimana dalam situasi itu diwarnai konflik antar elite dan ketiadaan kesatuan komando. malah sangat mungkin akan mengarahkannya untuk mundur dan menarik diri demi menghindari adanya konflik.
Kecenderungannya menghindari konflik itu, ditambah dengan kebutuhan adanya dulu suatu dasar formal yang kuat bagi tindakan-tindakannya, dimana Ia perlu yakin dulu bahwa yang diperbuatnya adalah hal yang tidak akan membuatnya dipersalahkan oleh banyak orang, akan semakin memperlambat gerak-geriknya. Hasil akhirnya, akan membuatnya semakin ragu dalam membuat keputusan.
Kalaupun akhirnya bisa cepat mengambil keputusan, seringkali kebijakannya itu efektif namun belum tentu efisien. Ini dikarenakan ia adalah tipe pemimpin yang menjadikan kepentingan orang banyak sebagai dasar kebijakan dan programnya, namun itu dimaksudkannya untuk menjaga agar perhatian mereka tetap tertuju kepadanya.
Oleh sebab itu, seorang pemimpin dengan karakteristik kepribadian yang seperti ini, bisa tampil menjadi pemimpin yang dapat diandalkan, namun ia membutuhkan seorangpendamping yang mampu cepat mengambil keputusan.
Nah, apakah hal yang disampaikan 5 tahun yang telah lampau ini, telah kita lihat kebenarannya dalam berbagai peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini ?. Apakah pendampingnya untuk 5 tahun kedepan memiliki kriteria seorang pendamping yang mampu mengambil keputusan dengan cepat ?. Apakah jika tidak maka kebijakannya akan tidak efektif juga tidak efisien ?.
Bagaimana menurut pendapatnya rekan-rekan ?. Jawaban yang akan diberikan itu tentu akan bermacam-macam dan berbeda-beda. Bisajadi, perbedaan itu karena adanya pengaruh dorongan kepentingan yang melatarbelakanginya. Namun, pendapat yang bermacam-macam itu semoga akan menjadikan kita menjadi semakin tercerahkan dan terdewasakan.
Apapun juga, semua kembali ke penilaian masing-masing pribadi, selamat memberikan pendapatnya, termasuk boleh berupa puja-puji baginya, yang tentunya boleh juga mengkritisinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar