Tulisan ini merupakan saduran dan
cuplikan dari sebuah artikel yang ditulis oleh 2 orang pakar psikologi.
Artikel ini merupakan artikel lama yang pernah dimuat di koran Kompas,
5 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 24 Juni 2004.
Sudah lama memang, tapi tulisan yang
membahas perihal karakter dan kepribadian yang menjadi ciri khasnya
anak tunggal menurut pendapatnya Alfred Adler -seorang pelopor psikologi individual-
rasanya masih tetap relevan untuk situasi hari ini. Apalagi, apa yang
disampaikan pada waktu yang telah lampau itu, pada beberapa peristiwa
yang terjadi selama 5 tahun terakhir ini, telah nyata terbukti adanya.
Kita ambil salah satu contoh saja, soal peragu dan terlalu berhati-hati dalam membuat keputusan. Sehingga kemampuannya yang di atas rata-rata dan memungkinkannya mengambil keputusan tegas itu tidak sejalan dengan lambatnya ia mengambil keputusan.
Beberapa peristiwa itu
memang menunjukkan kebenaran adanya pengaruh karakteristik kepribadian
anak tunggal yang secara psikologis masih kuat dalam dirinya.
Hal lain dari ciri
menonjolnya adalah akan selalu berusaha tampil charming, menjaga
perilaku, dan mengontrol diri secara ketat yang selalu menjaga
penampilannya kapan dan di mana pun.
Jika orangtua
mendidiknya dengan baik, anak tunggal akan menjadi anak yang mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dan menjalankan tugas, tetapi tetap butuh
untuk mendapat perhatian yang tetap besar. Namun peristiwa keberpisahan
kedua orang yang diharapkannya menjadi sumber perhatian terbesar dalam
hidupnya akan mengakibatkan ia kehilangan perhatian.
Menurut aspek motif sosial menurut McLelland,
salah satu ciri menonjol lainnya adalah kebutuhan akan prestasi dan
afiliasi. Prestasi tinggi yang diraihnya itu merupakan tuntutan dari
besarnya kebutuhan akan prestasi. Dasar dorongan berprestasi adalah
kebutuhannya untuk tetap mendapatkan perhatian dari orang lain.
Artinya, dasar dari kebutuhan berprestasi dalam dirinya adalah cermin dari kebutuhan afiliasi.Kesan keragu-raguan dan lambatnya seorang anak tunggal dalam mengambil keputusan itu sangat mungkin didasari oleh kebutuhan afiliasinya untuk mendapatkan perhatian orang lain. Sehingga ada dorongan dalam dirinya untuk memiliki pengaruh cukup besar, terutama pengaruh yang akan membuat orang lain senang berada di dekatnya.
Dalam
situasi yang terkontrol dan memiliki rambu-rambu yang jelas, sangat
bisa jadi bisa ia akan menampilkan perilaku kepemimpinan terbaiknya.
Akan tetapi dalam situasi yang mengambang dan tidak memiliki aturan
yang jelas, kemungkinan kepemimpinannya menjadi tidak terlalu efisien.
Situasi
yang tidak jelas aturannya, dimana dalam situasi itu diwarnai konflik
antar elite dan ketiadaan kesatuan komando. malah sangat mungkin akan
mengarahkannya untuk mundur dan menarik diri demi menghindari adanya
konflik.
Kecenderungannya
menghindari konflik itu, ditambah dengan kebutuhan adanya dulu suatu
dasar formal yang kuat bagi tindakan-tindakannya, dimana Ia perlu yakin dulu bahwa yang diperbuatnya adalah hal yang tidak akan membuatnya dipersalahkan oleh banyak orang, akan semakin memperlambat gerak-geriknya. Hasil akhirnya, akan membuatnya semakin ragu dalam membuat keputusan.
Kalaupun akhirnya bisa cepat mengambil keputusan, seringkali kebijakannya itu efektif namun belum tentu efisien.
Ini dikarenakan ia adalah tipe pemimpin yang menjadikan kepentingan
orang banyak sebagai dasar kebijakan dan programnya, namun itu
dimaksudkannya untuk menjaga agar perhatian mereka tetap tertuju kepadanya.
Oleh
sebab itu, seorang pemimpin dengan karakteristik kepribadian yang
seperti ini, bisa tampil menjadi pemimpin yang dapat diandalkan, namun
ia membutuhkan seorangpendamping yang mampu cepat mengambil keputusan.
Nah,
apakah hal yang disampaikan 5 tahun yang telah lampau ini, telah kita
lihat kebenarannya dalam berbagai peristiwa yang terjadi dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir ini ?. Apakah pendampingnya untuk 5 tahun
kedepan memiliki kriteria seorang pendamping yang mampu mengambil keputusan dengan cepat ?. Apakah jika tidak maka kebijakannya akan tidak efektif juga tidak efisien ?.
Bagaimana
menurut pendapatnya rekan-rekan ?. Jawaban yang akan diberikan itu
tentu akan bermacam-macam dan berbeda-beda. Bisajadi, perbedaan itu
karena adanya pengaruh dorongan kepentingan yang melatarbelakanginya.
Namun, pendapat yang bermacam-macam itu semoga akan menjadikan kita
menjadi semakin tercerahkan dan terdewasakan.
Apapun
juga, semua kembali ke penilaian masing-masing pribadi, selamat
memberikan pendapatnya, termasuk boleh berupa puja-puji baginya, yang
tentunya boleh juga mengkritisinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar