KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI
Mengacu
kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Depdikbud-Balai
Pustaka, 1996, kata karakter ini memiliki beberapa sinonim, antara
lain: sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain; tabiat; watak. Akhlak sinonimnya adalah budi
pekerti; kelakukan. Watak sinonimnya adalah sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku.; budi pekerti; tabiat.
Budi pekerti sinonimnya adalah sikap; akhlak; moral; kondisi mental yang
membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin. Mental
sinonimnya adalah batin dan watak. Mentalitas artinya keadaan dan
aktivitas jiwa (bathin), cara berfikir, dan berperasaan.
Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, dalam
Suparman Sumahamijaya (2003: 28) karakter adalah keadaan mental atau
moral seseorang, masyarakat, bangsa dan sebagainya; kualitas mental atau
moral yang membentuk seseorang, bangsa, dan sebagainya berbeda dari
yang lain.
Pengetian
kata mandiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dalam keadaan
dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Kata bendanya
adalah kemandirian yang artinya adalah hal atau keadaan dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung pada orang lain.sinonim dari kata mandiri
adalah berdikari, yaitu berdiri di atas kaki sendiri; tidak bergantung
pada bantuan orang lain.
Dari
pengertian di atas, Suparman (2003: 31) meyimpulkan bahwa pendidikan
karakter mandiri adalah pendidikan yang membentuk akhlak, watak, budi
pekerti, dan mental manusia agar hidupnya tidak tergantung atau
bersandar kepada pihak-pihak lain, tidak bergantung pada bantuan orang
lain. Pendidikan karakter mandiri bertujuan untuk insan-insan yang
percaya kepada dirinya sendiri dalam mengerjakan sesuatu urusan.
Karakter mandiri mendorong dan memacu seseorang untuk memecahkan sendiri
persoalan hidup dan kehidupannya, sehingga dia termotivasi untuk
berinisiatif, berkreasi, berinovasi, proaktif dan bekerja keras.
Pendidikan budi pekerti mandiri memacu keberanian seseorang untuk
berbuat atau bereaksi, tidak pasrah dan beku, tetap dinamis, energik dan
selalu optimis menuju ke masa depan
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER MANDIRI
Pemuda
Indonesia memerlukan karakter mandiri. Rakyat indonesia yang
mencita-citakan derajat yang sama dengan bangsa lain di dunia ini, lebih
butuh pemimpin yang mempunyai karakter. Sebab itu mendidika karakter
mandiri perlu diupayakan secara optimal.
Seseorang
yang berkarakter mandiri, setelah tamat sekolah ia akan menggunakan
ilmunya untuk menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan uang.
Sedangkan seorang yang bermental pegawai atau kuli, setelah menamatkan
sekolahya, akan menggunakan ilmunya untuk mencari kerja, dan
memboros-boroskan uang, serta bergantung kepada pihak-pihak lain. Dengan
demikiansudah saatnya istilah siap pakai harus dikubur dalam-dalam,
harus segera diganti dengan istilah siap mandiri. Sebab dalam kata siap
pakai terkandung konotasi negatif, sedangkan pada kata siap mandiri
terkandung makna positif. Siap pakai bersifat pasif, statis, dan
bermental pengemis, sedangkan siap mandiri bersifat aktif, dinamis,
kreatif dan produktif dan progresif.
Keberhasilan
merupakan syarat untuk mencapai kemandirian. Tiada keberhasilan tanpa
kerja keras, tiada kerja keras tanpa kemandirian, tiada kemandirian
tanpa pendidikan dan pembentukan akhlak atau karakter mandiri.
KONSEP PEMBENTUKAN KARAKTER
Proses
pembentukan karakter merupakan suatu perjalanan panjang. Diperlukan
tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh siapapun yang ingin membentuk
suatu karakter, termasuk karakter mandiri.Ibnu Qayyim Alzauziyah
mengilustrasikan suatu rangkaian proses yang menggambarkan proses
pementukan karakter secara utuh.
Proses
pembentukan karakter harus diawali dari apa yang dilihat, didengar,
dirasa, dan berbagai sarana perolehan informasi. Informasi-informasi
yang dihimpun, data dan fakta yang dipotret akan menjadi kepemilikan
seorang individu. Kemudian setiap individu akan mempersepsi informasi
yang diperolehnya. Informasi dalam berbagai bentuknya yang dipereh
seorang individu secara berulang-ulang kemudian akan tersimpan di dalam
memori. Penyimpanan data atau informasi di memori memungkinkan individu “recall” atau
memanggil kembali informasi ketika dibutuhkan. Data atau informasi
berupa audio, visual, audio-visual, dan kinestetik yang terseimpan lama
di dalam memori akan menjadi pemikiran seorang individu. Dan pemikiran
seorang individu akan mewarnai dirinya. Uraian di atas, yang meliputi
tiga tahap (lintasan pikiran, ingatan, pemikiran) merupakan domain otak.
Pemikiran
yang terus berulang-ulang dan berlangsung cukup lama kemudian akan
turun ke dalam hati. Inilah yang disebut dengan domain hati. Tahap
pertama dari domain hati adalah gerak hati atau kata hati. Sesorang
akan memiliki kecenderungan tertentu sesuai dengan ingatan yang turun ke
dalam hatinya. Kata hati ini menjadi potensi dasar yang meimbulkan
intrnsitas peran hati yang lebih tinggi
Tahap
ke dua dari domain hati adalah sikap. Kata hati yang telah lama
terbentuk dan tertahan lama akan menjadi suatu nilai kebenaran bagi
individu. Sistem nilai ini kemudian menjadi prereferensi dalam bereaksi
atau beraksi.
Tingkat ketiga dari domain hati adalah tekad (azzam).
Tekan merupakan sikap yang bertahan lama sehingga memunculkan keinginan
yang kuat untuk mewujudkan sesuatu. Tahap ini merupakan yahan tertinggi
dari domain hati. Azzam yang kuat akan menimbulkan keinginan
atau hasrat yang tinggi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Azzam yang terus tertanam akan turun ke domain amal.
Tahap pertama dari domain amal adalah munculnya suatu tindakan. Tindakan ini didorong oleh azzamyang kuat dari seorang individu. Sikap ini dilandasi oleh akumulasi proses psikologi sayng panjang dari mulai lintasan pikiran.
Tahap
kedua dari domain amal adalah kebiasaa. Perbuatan seseorang yang
diulalukan secara rutin atau terus menerus akan menimbulkan suatu
kebiasaan atau habits. Dan padat tahap ketiga, kebiasaan yang terus menerus dan bertahan lama akan menjadi karakter dari seorang individu.
Berdasarkan
uraian di atas, ternyata proses pembentukan karakter merupakan jalan
panjang yang tidak mungkin ditempuh dalam waktu yang instant. Lebih dari itu, pembentukan karakter memerlukantreatment secara langsung maupun tidak langsung, dan berjalan dalam waktu yang sangat lama.
Berdasarkan
proses pembentukan karakter di atas, pendidikan persekolahan memiliki
peran yang sangat signifikan namun tidak absolut. Masih banyak hal-hal
lain di luar pendidikan yang terlembagakan yang mempengaruhi pembentukan
karakter individu.
PROSES PENDIDIKAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI
Berdasarkan
uraian tentang konsep pembentukan karakter di atas, kegiatan pendidikan
harus sesuai dan memberikan warna pada setap tahap dari tiga domain,
yakni akal, hati dan amal. Untuk membentuk karakter mandiri siswa,
sebenarnya diperlukan pelajaran khusus yang berkenaan dengan pembentukan
karakter mandiri, seperti kewirausahaan, sistem nilai kemandirian, dan
sebagainya. Namun mengingat jam belajar siswa di sekolah sudah cukup
padat, maka alternatif yang dapat diambil adalah dengan mengintegrasikan
materi peklajaran yang ada dengan memunculkan muatan-muatan pembentuk
karakter mandiri siswa. Berkaitan dengan sekuensial tiga domain di atas,
maka untuk membangun karakter mandiri diperlukan tiga teknik yang
merupakan suatu kesatuan. Teknik tersebut antara lain:
1. Proses Pembentukan Akal Kemandirian
Proses
pembentukan karakter mandiri berawal dari pembentukan kemandirian akal.
Akal merupakan penentu awal dari pembentukan karakter. Untuk dapat
membentuk akal mandiri, guru sebagai ujung tombak pendidikan harus
melakukan hal-hal berikut ini:
- Menjadi teladan dalam hal kemandirian bagi siswanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh atau keteladanan merupakan media pembelajaran yang paling efektif. Pengetahuan yang diberikan yang tidak terintegrasi dengan orang yang kepribadian guru akan mubadzir.Karena siswa lebih peka kepada apa yang dilakukan oleh gurunya dari pada apa yang disampaikannya.
- Selain menjadi contoh, guru tentu harus menyampaikan pesan-pesan kemandirian dalam bentuk materi aja yang terintegrasi dengan mata pelajaran yang sudah ada. Materi-materi tersebut harus diberikan secara rutin sehingga menjadi kepemilikan pemikiran siswa.
- Sejarah merupaan catatan masa lalu yang dapat diambil pelajaran. Siswa rata-rata menyukai sejarah. Dalam konteks pengembangan karakter mandiri, guru perlu menyampaikan sejarah atau profil orang-orang yang memiliki karakter mandiri. Dengan kegiatan ini, diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk menjadi insan yang mandiri.
2. Proses Pembentukan Hati Kemandirian
Inti
dari proses pembentukan hati kemandirian adalah memunculkan kesadaran
siswa untuk menjadi orang yang mandiri. Berkenaan dengan hal tersebut,
seyogyanya guru melakuka aktivitas berikut:
- Menggunakan stategi komunikasi pengajaran yang tepat dan relevan dengan dunia siswa. Di sini kemampuan guru dituntut untuk melakukan persuasif kepada siswa. Sehingga akan muncul kesadaran akan pentingnya karakter mandiri.
- Mata pelajaran nilai sangat berperan dalam pembentukan hati kemandirian. Beberapa mata pelajaran yang dapat diintegrasikan secara tepat diantaranya adalah pelajaran agama, pelajaran moral, dan sebagainya.
3. Proses Pembentukan Amal Kemandirian
Hal
yang paling menentukan dari karakter mandiri adalah amal atau
perbuatan. Tingkat ini merupakan puncak dan bentuk internalisasi
kemandirian. Dalam konteks domain amal ini, guru harus melakukan hal-hal
sebagai berikut:
- Memberikan treatmen yang membuat siswa melakukan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kemandirian.
- Memberikan praktikum bentuk kemandirian seperti praktik berdagang, berproduksi dan sebagainya. Kegiatan seperti ini dapat dilakukan pada mata pelajaran seperti ekonomi, kerajinan, dan sebagainya.
Secara
lebih komprehensif, gagasan-gagasan di atas dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menyusun disain sistem pengajarannya. Sehingga pembentukan
karakter mandiri benar-benar dapat terpolakan dengan baik .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar