Rabu, 11 Juni 2014

Sisi Lain Pendidikan di Jepang: Pendidikan Karakter




Ada banyak pengalaman dan pengetahuan berharga yang saya peroleh,  saat saya membantu para mahasiswa yang sedang belajar di Jepang; dan juga saat saya berinteraksi langsung dengan staf maupun sistem pendidikan di sini. Ada satu pelajaran berharga yang baru saja saya dapatkan saat saya berinteraksi dengan beberapa orang mahasiswa asing dan mendengarkan curhatan mereka tentang pendidikan di Jepang ini.
Salah seorang siswa berkata “Saya kira sekolah di Jepang itu mudah. Tapi setelah di sini, saya sadar bahwa ternyata tidak semudah yang saya bayangkan”.
Dalam kasus mahasiswa yang datang dan belajar di Jepang dengan biaya mandiri, bila yang dimaksud dengan mudah adalah bisa berbuat apa saja asal punya kemampuan untuk membayar uang sekolah, maka jelas itu sebuah anggapan yang harus segera dikoreksi dan dan ditata ulang serta diperbaiki sesegera mungkin. Sungguh sayang sekali harapan, kasih sayang dan juga segala bentuk dukungan orang tua, yang telah dengan susah payah diupayakan untuk menunjang keperluan sekolah tersebut.
Sekali kita memutuskan untuk sekolah di Jepang, kita harus siap untuk menjadi mahasiswa/i yang mandiri dan bertanggung jawab terhadap setiap langkah yang telah diambil; jangan sampai menyesal di kemudian hari saat semuanya sudah terlambat. Salah satu tantangan utama yang nyata dan jelas bagi para mahasiswa asing yang baru tiba di Jepang adalah masalah waktu dan kedisplinan serta ketaataan terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Di samping itu, tentu saja, tantangan untuk memahami aturan dan norma yang berlaku umum di lingkungan masyarakat Jepang di mana kita tinggal.
Dan penghargaan akan masalah waktu, kedisplinan dan ketaatan terhadap aturan merupakan beberapa saripati yang sangat kental dari karakter masyarakat Jepang, yang membuat Jepang menjadi salah satu negara maju yang diakui di dunia dengan segala keunggulan budaya dan teknologinya.
Poin-poin yang ada dalam saripati karakter dasar tersebut akan sangat berasa nuansa dan pengaruhnya, terutama bagi adik-adik yang datang ke Jepang selepas SMA dan melanjutkan pendidikan di Jepang. Tuntutan untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri, bertanggung jawab juga sensitif terhadap norma dan aturan yang berlaku di sekolah maupun di lingkungan merupakan sebuah PR awal yang harus dikerjakan seiring berjalannya waktu. Toleransi dan kemakluman dari lingkungan biasanya akan diberikan di tahap awal, tapi tidak untuk diandalkan; apalagi dijadikan kelonggaran dalam memacu diri untuk belajar menjadi pribadi yang lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Beberapa contoh konsensus yang berlaku secara tidak tertulis dalam budaya Jepang adalah sebagai berikut. Saat kita harus menghadiri suatu acara ataupun janjian untuk bertemu jam 09:00, biasanya orang di sini akan hadir 10 menit lebih awal. Seandainya menurut perhitungan waktu kita akan terlambat, kita akan memberitahukan seawal mungkin akan kemungkinan terlambat tersebut lengkap dengan prakiraan waktunya. Misalnya: maaf, mungkin saya terlambak 10 menit. Dan saat kita tiba di tempat, ucapkanlah: “Mohon maaf saya terlambat (okurete sumimasen)” dengan sikap sungguh-sungguh dan setulus mungkin dari hati yang terdalam. Kita tidak perlu memberikan alasan keterlambatan kita.
Kalaupun kita ingin memberikan alasan mengapa kita akan terlambat menghadiri sebuah pertemuan, ungkapkanlah jauh-jauh sebelumnya (misalnya 1 hari sebelumnya). Karena dengan demikian, orang akan bersumsi bahwa anda sudah mengagendakan waktu dengannya, tapi sehari sebelumnya tiba-tiba ada hal yang sangat penting dan mempengaruhi waktu yang telah disepakati bersama. Alasan yang disampaikan setelah anda terlambat akan memberikan kesa kurang baik untuk masyarakat di sini.
Budaya ijin terlambat tersebut tentu juga berlaku di sekolah dan lebih ketat lagi sebab ketidakhadiran siswa harus dilaporkan ke Imigrasi sebagai pemberi visa mahasiswa selama belajar di Jepang. Tidak hanya itu, staf dan guru di sekolah akan mengaitkan ketertiban dan kedisplinan kita,  sikap dan prilaku kita dengan sosok kepribadian kita. Dan bila penilaian sekolah baik, dengan bekal tersebut, sekolah bisa memberikan rekomendasi untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan prestasi belajar siswa. Di sini jelas sekali, bahwa rekomedasi diberikan dengan memperhatikan aspek karakter dan prestasi siswa yang bersangkutan.
Apa sih rekomedasi yang dimaksud di atas? keuntungan apa yang kita dapatkan dengan rekomendasi dari sekolah? silahkan simak tulisan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar